Portofolio ke-7 Teori dan Strategi Pembelajaran Vokasi

Dosen pengampu : Prof. Dr. Muchlas, M.T

Portofolio ke-7

Penyusun : M. Khoirul Ma'arif ( 2308049035 )

Materi Pokok : 

  1. Hakekat Pembelajaran Berbasis Kompetensi atau PBK dan Pembelajaran Saintifik   
  2. Pembelajaran Berbasis Proyek  dan Pembelajaran Berbasis Masalah 
  3. Pembelajaran Berbasis Kerja
  4. Pembelajaran Teori Kejuruan 
  5. Pembelajaran Praktik Bengkel  
  6. Pembelajaran Praktik Laboratorium 
  7. Penilaian Hasil Belajar PTK 

 

1.        Hakekat Pembelajaran Berbasis Kompetensi atau PBK dan Pembelajaran Saintifik

A.    Pembelajaran Berbasis Kompetensi  

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Proses pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan asumsi bahwa peserta didik  yang akan belajar telah memiliki kompetensi awal yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi tertentu. Karena itu, dalam penerapan pembelajaran berbasis. Pembelajaran berbasis kompetensi juga di dukung kurikulum berbasis kompetensi, yang Secara teoretis dapat menjamin peningkatan kualitas pendidikan kita. KBK di susun berdasarkan kajian teoretis,studi banding, uji coba, dan lain-lain yang terkait dengan prosedur pengembangan kurikulum. Secara teoretis KBK mempunyai keunggulan dibanding kurikulum sebelumnya. Tetapi, keberhasilan pembelajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh faktor kurikulum. Kurikulum hanya merupakan salah faktor masukan saja dari sekian banyak faktor yang lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di sekolah.

kompetensi diperlukan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered), artinya orientasi pembelajaran mengutamakan kebutuhan peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran dan dilayani sesuai dengan kecepatan belajarnya.

2. Pembelajaran dilakukan secara terpadu (integrated learning), maksudnya melibatkan berbagai disiplin ilmu.

3. Pembelajaran individual (individual learning), artinya peserta didik diberi peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual.

4. Pembelajaran tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada

ketuntasan belajar kompetnsi tertentu.

 5. Pemecahan masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada aktivitas pemecahan masalah riil yang ada di masyarakat.

6. Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui pemilihan pengalaman belajar tertentu dalam mencapai kompetensi tertentu.

Penerapan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan  bermanfaat  untuk:

1. menghindari duplikasi pengalaman pembelajaran,

2. mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai,

3. meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan peserta   didik,

4. meningkatkan mutu sistem penilaian dan pelaporan hasil belajar,

5. memperjelas komunikasi dengan peserta didik terkait dengan tugas, kegiatan, atau  pengalaman belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan  keberhasilan belajar,

6. meningkatkan akuntabilitas publik,

7. memperbaiki sistem sertifikasi, dan

8. mendekatkan lembaga pendidikan dengan dunia kerja.

Tabel Karakteristik Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konvensional


 

                             (Sumber dari W.E. Blank, 1982: 6) 

B.     Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang untuk mengkondisikan agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengedintifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, peserta didik harus dipahamkan bahwa informasi dapat diperoleh dari mana saja, kapan saja, dan tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran harus dapat menciptakan suasana yang mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Berpusat pada peserta didik.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau  prinsip.

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan  intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Mengacu pada Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, proses pembelajaran untuk semua jenjang termasuk sekolah menengah kejuruan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach)  dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Namun demikian, hendaknya proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: 

a.      Mengamati (Observing)

Mengamati suatu objek dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Mengamati adalah keterampilan amat penting untuk memperoleh pengetahuan.

b.      Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya adalah kegiatan peserta didik dan bukan kegiatan guru. Peran guru adalah mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk bertanya.

c.       Mencoba (Experimenting)

Mencoba merupakan kegiatan mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

d.      Menalar (Associational Thinking)

Kegiatan menalar merupakan kegiatan membangun pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik sendiri. Menalar adalah kegiatan mengolah informasi yang terkumpul sampai pada ditemukan makna dan pola asosiasi antar informasi. Informasi yang berupa pengetahuan factual yang terpisah  dibangun peserta didik untuk menghasilkan pengetahuan konseptual.

e.       Menyajikan (Networking)

Arti kata networking (jejaring) dalam standar proses diterjemahkan menjadi kata -Menyajikan‖.  Meskipun kedua kata berbeda namun memiliki makna dan fungsi yang sama yakni kolaborasi. Dalam pembelajaran, kegiatan menyajikan dilakukan setelah kegiatan mengamati, menanya, mencoba, dan menalar dilakukan. Pada tahap menyajikan peserta didik.


2.             Pembelajaran Berbasis Proyek  dan Pembelajaran Berbasis Masalah 

A.    Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang didasarkan pada penyelesaian proyek bagi peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan kategori strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). Pembelajaran berbasis proyek memberikan tugas yang berasal dari masalah. Peserta didik dituntut melakukan pemecahan masalah secara mandiri dengan permasalahan yang autentik sehingga memungkinkan pengembangan keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek dapat mendorong peserta didik untuk aktif dan kreatif dan melakukan pengembangan keterampilan secara berkelanjutan.  

Sementara itu Mae et.al (2006: 3) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model aktivitas kelas yang mengubah pembelajaran yang biasa terjadi dengan praktik yang pendek, terisolasi, dan pembelajaran yang berpusat pada guru lebih berjangka lama,  interdisipliner, berpusat pada peserta didik, dan erintegrasi dengan isu dan kerja di dunia  nyata. Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan peserta didik membentuk pengetahuan serta keterampilan sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran ini menekankan pada terciptanya keaktifan peserta didik serta terjadinya integrasi pembelajaran teori dan praktik. Pembelajaran melalui proyek mendukung peserta didik mengembangkan skill untuk hidup dalam masyarakat berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendukung timbulnya kerja sama dan tanggug jawab kelompok.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek 

Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.

1.      Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

2.      Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topic yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

3.      Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporan atau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek berikutnya.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan bentuk pembelajaran yang memiliki  karakteristik yang khas.

Karakteristik lainnya dijelaskan Tippelt & Amoros  (2003:17)  sebagai berikut.

1.  Berhubungan dengan situasi nyata, pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tugas dan permasalahan yang berhubungan dengan dunia nyata sesuai dengan bidang keahlian peserta didik.

2.    Relevansi praktis, tugas dan permasalahan yang diberikan dalam pembelajaran harus relevan dengan sasaran profesi dan pekerjaan peserta didik.

3.        Pendekatan berbasis peserta didik, tema proyek yang dipilih harus menarik dan sesuai kebutuhan peserta didik.

4.       Pendekatan berbasis hasil, hasil yang diperoleh bermanfaat dan relevan terhadap profesi peserta didik.

5.     Pendekatan berbasis tindakan, peserta didik harus dibawa pada aktivitas spesifik secara bebas dalam level praktik maupun intelektual.

6.        Proses belajar yang terintegrasi secara holistik, pembelajaran berbasis proyek mencakup sasaran pembelajaran baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

7.        Self organization, pembelajaran yang menuntut tanggung jawab individu peserta didik.  

8.        Penerapan kolektif, peserta didik belajar dan bekerja secara kolektif selama  proyek.

9.        Bersifat lintas disiplin ilmu, penerapan proyek melibatkan beberapa pengetahuan lintas disiplin.

Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek

Manfaat pembelajaran berbasis proyek diantaranya sebagai berikut.

1.      Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

2.      Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.

3.      Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks  dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

4.      Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola  sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.

5.      Meningkatkan kolaborasi peserta didik khusunya pada pembelajaran yang bersifat kelompok.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek


Gambar Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek Diadaptasi dari Keser & Karagoca (2010)

Tabel  Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Tradisional



 

B.     Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Pembelajaran berbasis masalah  adalah strategi pembelajaran yang -menggerakkan‖ peserta didik belajar secara aktif memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi realistik.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Beberapa karakteristik umum model pembelajaran berbasis masalah adalah:

1.        Aktivitas didasarkan pada pertanyaan umum  Setiap masalah memiliki pertanyaan umum, yang diikuti oleh masalah yang bersifat ill-structured atau masalah-masalah yang dimunculkan selama proses pemecahan masalah. Yaitu, agar dapat menyelesaikan masalah yang lebih besar, peserta didik harus menurunkan dan meneliti masalah-masalah yang lebih kecil atau pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan temuan dan implikasinya terhadap tujuan yang lebih besar. Problem atau pertanyaan harus dibuat yang bersifat baru bagi peserta didik.

2.        Belajar berpusat pada peserta didik, Guru sebagai fasilitator Esensinya adalah Guru membuat lingkungan belajar yang memberi peluang peserta  didik meletakkan dirinya dalam pilihan arah dan isi belajar mereka sendiri. Peserta didik mengembangkan sub-pertanyaan yang akan diteliti, menetapkan metode pengumpulan data, dan mengajukan format untuk penyajian temuan mereka.

3.        Peserta didik bekerja kolaboratif Dalam pembelajaran berbasis masalahpeserta didik umumnya bekerja secara  kolaboratif. Peserta didik dengan pembelajaran berbasis masalahmembangun keterampilan bekerja dalam tim. Untuk alasan ini, pembelajaran berbasis masalahadalah ideal untuk kelas yang memiliki rentang atau variasi kemampuan akademik. Peserta didik dalam setiap kelompok dapat bekerja pada aspek yang berbeda dari masalah yang diselesaikan.

4.        Belajar digerakkan oleh konteks masalah Dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik diberi kesempatan menentukan apa dan berapa banyak mereka memerlukan belajar untuk mencapai tugas (kompetensi) tertentu. Konsekuensinya, diperlukan informasi dan konsep yang dipelajari dan strategi yang digunakan secara langsung pada konteks situasi belajar.Tanggung jawab guru, dalam kasus ini bukan sebagai satu-satunya sumber dan menuang pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi melayani sebagai fasilitator, manager, dan ahli setrategi yang memberikan layanan konsultasi dan akses pada sumber.

5.        Belajar interdisipliner Pembelajaran berbasis masalah memajukan belajar dengan pendekatan interdisipliner.  Karena pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik membaca dan menulis, mengumpulkan data dan menganalisis data, berpikir dan menghitung, masalah seringkali bersifat lintas disiplin dan mengarahkan mereka belajar pada matakuliah lintas disiplin.

Tabel Aspek Pendidikan pada  Pembelajaran berbasis masalah


Tahap-tahap Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

Pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari 5 (lima) tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan pada peserta didik, suatu situasi masalah dan diakhiri penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik. (Muslimin & Moh. Nur, 2000:12)

Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah.


 

Perbedaan Pembelajaran berbasis masalah dengan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang berbeda  dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang biasanya guru sangat berperan, misalnya dalam menentukan permasalahan dan menyajikan informasi.

Pengembangan Pembelajaran berbasis masalah

Proses Pembelajaran berbasis masalah pada umumnya meliputi enam langkah berikut.

1.      Problem diberikan di dalam urutan belajar, sebelum persiapan atau berlangsungnya kegiatan.

2.      Situasi masalah diberikan kepada peserta didik dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di dunia nyata

3.       Peserta didik bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi peluang dirinya berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level belajarnya.

4.      Lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan digunakan sebagai pemandu belajar individual.

5.      Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar ini, diterapkan kembali pada masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar dan memberi penghargaan belajar.

6.      Belajar yang terjadi di dalam kerja dengan masalah dan dalam belajar individual, diringkas dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang sudah dimiliki.

 

3.      Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning)


Banyak  definisi  yang  dikemukakan  berkait  pengertian  pembelajaran berbasis kerja (workbased  learning).  Beberapa definisi menjelaskan bahwa workbased  learning  sebagai semua  bentuk  pembelajaran  melalui  tempat  kerja,  apakah berwujud pengalaman kerja (work experience) atau kerja dalam bimbingan (work shadowing) dalam waktu  tertentu. Definisi  lain  menyatakan  bahwa pembelajaran berbasis kerja adalah  semua  pembelajaran yang  terjadi sebagai hasil aktivitas di tempat kerja (Little, 2006).

 

Manfaat Pembelajaran Berbasis Kerja (WorkBased Learning)

Pembelajaran berbasis kerja mempunyai beberapa manfaat bagi peserta didik, sekolah, dunia industri, maupun komunitas. Beberapa manfaat tersebut sebagai berikut (WBL Guide,2002).

Manfaat bagi peserta didik

a) Meningkatkan motivasi

b) Mengembangkan tanggungjawab dan kematangan dengan penguatan sumberdaya  manusia, keterampilan menyelesaikan masalah, kepercayaan diri, dan disiplin diri.

c) Memberikan  kesempatan  untuk mengembangkan pilihan okupasi dalam pembuatan  pendidikan dan pelatihan jangka panjang atau investasi masa depan. 

d) Menawarkan perencanaan organisasi pelatihan dalam pekerjaan dalam kondisi bisnis aktual.

 e) Mengembangkan keterampilan human relation melalui interaksi personal dalam setting pekerjaan. 

f) Menyediakan keterampilan profesional untuk membantu pembelajar membuat transisi dari sekolah ke bekerja. 

g) Meningkatkan kepedulian tanggungjawab sosial dan kemasyarakatan.

h) Meningkatkan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dan keahlian.

i) Menambah sumber finansial.

j) Mengurangi peluang risiko peserta didik tinggal kelas.

k) Memberikan pendidikan teknis yang lebih dibanding yang diberikan sekolah.

l) Membuat  instruksi  akademik  lebih  relevan dan aplikatif dalam pekerjaan. 

Manfaat bagi dunia industri/ DUDI

a) Memperoleh calon pekerja yang lebih baik. 

b) Mengurangi biaya pelatihan.

c) Memiliki fungsi skrening/seleksi pekerja bersama sekolah.

d) Memberikan  kesempatan  untuk  menilai pekerja  sebelum diputuskan untuk

dipekerjakan sebagai tenaga kerja penuh.

e) Mempersiapkan pekerja dengan rekam kehadiran yang lebih baik.

f) Menguji pengusaha untuk memperoleh pajak kompensasi.

g) Memberikan pada para pekerja memperoleh gagasan-gagasan baru, pendekatan segar,

dan antusiasme dalam bekerja.

h) Menawarkan masukan langsung dalam pendidikan dan latihan yang disedia-kan oleh

pihak sekolah.

i) Meningkatkan image dan prestise dari industri dan atau bisnis diantara sesama

pembelajar dan dengan komunitas.

Manfaat bagi sekolah 

a) Meningkatkan hubungan dan jaringan kerja dengan dunia usaha/industry.

b) Mengembangkan kemitraan diantara sekolah dengan komunitas.

c) Membuat  kurikulum  yang relevan dengan memperluas pengalaman di kelas dengan

diintegrasikan antara teori dan praktik.

d) Gurumemperoleh informasi yang lebih baik dan peduli terhadap kecenderungan

mutakhir dari dunia usaha/industri. 

e) Membangun  relasi  publik yang positif, sehingga reputasi sekolah meningkat dan

menarik para peserta didik baru.

f) Meningkatkan kualitas lulusan.

Manfaat bagi komunitas 

a) Meningkatkan prospek lulusan untuk tetap tinggal dalam komunitas.

b) Melibatkan komunitas dalam menemukan kebutuhan pelatihan yang cocok.

c) Membesarkan keberanian  para  anggota masyarakat muda untuk tetap peduli 

sekolah, hingga mengurangi problem komunitas dalam resiko drop out.

d) Menghasilkan warga masyarakat yang lebih bertanggung jawab dalam usia yang lebih

awal.

e) Mempromosikan hubungan yang lebih erat antara komunitas dengan sekolah.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kerja (WorkBased Learning)

1) Hubungan antara mitra/DUDI dengan  institusi pendidikan secara khusus untuk

membangun dan membantu pembelajaran.

2) Peserta didik dilibatkan  sebagai pekerja. Kebutuhan setiap  peserta didik  berbeda-beda dan  berubah  setiap  waktu. 

3) Program dalam pembelajaran berbasis kerja mengikuti apa yang dibutuhkan di tempat kerja dan apa yang dibutuhkan oleh  peserta didik. 

4) Level pendidikan dalam program dibangun setelah peserta didik  memiliki kompetensi yang diakui.

5) Dalam pembelajaran berbasis kerja, learning project yang dilakukan di tempat kerja, memberikan tantangan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik di masa yang akan datang, dan perusahaan itu sendiri.

6) Institusi pendidikan memiliki keluaran berdasarkan kesepakatan dalam program  ini dengan menghargai standar dan  level yang  telah ditetapkan, berbeda dengan kursus konvensional, dalam pembelajaran berbasis kerja tidak ada silabus, inti materi, dan lainlain.

Model-Model Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning)

1) Apprenticesship  

Pembelajaran  yang mengintergrasikan pembelajaran di kelas dan  di  tempat  kerja  dengan waktu  tertentu. Model  pembelajaran  ini  dilaksanakan  melalui  pendidikan sistem ganda, yaitu pembelajaran yang diselenggarakan dengan mengintegrasikan  kegiatan  pendidikan  teori  di  sekolah, dengan  pendidikan  praktik  di  industri.

2) Intership 

Pembelajaran  yang  dilakukan  dengan  cara  mengirimkan  peserta  didik  untuk beberapa minggu atau bulan dengan pekerjaan yang dipilih disesuaikan   dengankurikulum di sekolah atau  di  kampus.

3) School Based Enterprise

Pembelajaran  bagi  peserta  didik,  di  bawah  pengawasan  guru mengorganisasikan  suatu usaha layanan di dalam sekolah atau kampus. Model pembelajaran ini dilakukan melalui kegiatan pembukaan  unit  produksi. Unit  produksi  adalah  suatu  proses

4) Co-operatif Education

Pembelajaran  ini  menghubungkan  kegiatan  kelas  dengan  dunia  bisnis.  Peserta   didik  mendapatkan  pendidikan  dan  pelatihan    di  tempat  kerja,  tetapi  tetap   melaksanakan  instruksi pembelajaran  di  sekolah.

5) Job Shadowing

Pembelajaran  yang memberikan  pengalaman peserta didik  ikut  bersama  karyawan  (di tempat kerja) pada waktu hari-hari kerja (activities), yang memiliki kesamaan dengan magang. Magang merupakan sistem belajar  yang  diperuntukkan  bagi  peserta  didik

               

4.      Pembelajaran Teori Kejuruan


Materi pada pembelajaran teori untuk mendukung kegiatan praktik di bengkel atau di laboratorium. Secara sederhana kaitan antara pembelajaran teori dan praktik dapat dilihat pada gambar berikut. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Model Pembelajaran Teori

Pembelajaran teori dapat dilakukan dengan tatap muka langsung atau nontatap muka yang dilakukan di luar kelas. Model pembelajaran di kelas atau di luar kelas dapat dipilih dari beberapa model yang disajikan dalam bentuk kerucut pengalaman Edgar Dale.

dalam memilih model pembelajaran atau metode pembelajaran, guru harus mempertimbangkan; (1) karakteristik peserta didik,

(2) materi yang akan disajikan,

(3) tujuan pembelajaran yang dirumuskan, dan

(4) pengalaman mengajar guru.


 

                        Gambar Tingkat Memorisasi Berdasarkan Model Pembelajaran

Skenario Pembelajaran Teori

Tabel Urutan Pembelajaran dan Kegiatan pada Pembelajaran Teori



 
Persyaratan Pembelajaran Teori

untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran diperlukan persyaratan sebagai berikut.

a. Tersedia silabus sesuai dengan mata kuliah atau mata pelajaran yang diajarkan.

b. Tersedia satuan acara perkuliahan atau rencana pelaksanaan pembelajaran yang  telah disusun dengan baik.

c. Tersedia bahan ajar, modul, diktat, dan bahan ajar lainnya untuk mendukung pencapaian tujuan sesuai dengan urutan kompetensi yang ada pada silabus.

d. Tersedia perangkat media pembelajaran yang mendukung keberhasilan presentasi penyampaian materi pembelajaran.

e. Tersedia pedoman penilaian untuk proses dan hasil belajar.

Tugas dan Kewajiban Guru

Tugas dan kewajiban guru dalam proses pembelajaran teori adalah sebagai berikut.

a. Hadir lebih awal dan pulang lebih akhir, 10 menit sebelum pembelajaran dimulai  dan sesudah pembelajaran berakhir.

b. Menyiapkan silabus mata kuliah atau mata pelajaran.

c. Menyiapkan dan melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran.

d. Menyediakan dan menyiapkan bahan ajar dan media pembelajaran serta  pendukung pembelajaran lainnya untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran.

e. Menyiapkan perangkat penilaian pembelajaran.

f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran  yang telah disusun.

g. Menciptakan situasi pembelajaran yang interaktif, aktif, dan dinamis.

h. Mengakhiri pembelajaran dengan memberikan simpulan dan berdoa untuk  keselamatan bersama.

Tugas dan Peran Peserta Didik

Tugas dan peran peserta didik dalam proses pembelajaran teori adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik wajib datang 5 (lima) menit sebelum pembelajaran dimulai.

b. Peserta didik menyiapkan perlengkapan pembelajaran seperti buku catatan, dan  perangkat pendukung pembelajaran lainnya.

c. Peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran dengan  cara membaca buku referensi dan atau buku catatan materi yang telah diberikan dan akan diberikan oleh guru.

d. Peserta didik mendengarkan, menyimak, dan bertanya serta memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikan oleh guru dan atau peserta didik lannya.

e. Peserta didik wajib mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan  mengumpulkannya tepat waktu.

Penilaian Pembelajaran Teori

Penilaian yang digunakan pada pembelajaran teori menekankan pada aspek kognitif dan sikap. Penilaian pada aspek kognitif dilakukan dengan cara lisan atau tertulis. Secara lisan dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan terhadap peserta didik pada di dalam atau di luar kelas.

 

 

5.      Pembelajaran Praktik Bengkel

Pembelajaran praktik dirancang dengan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi (competence based training). Pembelajaran praktik diarahkan untuk membentuk perilaku yang mencerminkan kemampuan dan keterampilan pada kompetensi tertentu.

Pembelajaran praktik harus berorientasi pada penguasaan kompetensi tertentu dalam bentuk performa kerja yang ditampilkan peserta didik.Pembelajaran praktik mempunyai  beberapa fungsi yang berbeda dengan pembelajaran teori. Adapun fungsi pembelajaran  praktik adalah sebagai berikut.

1. Melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan peserta didik.

2. Memberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki  sebelumnya secara nyata.

3. Membuktikan dan menemukan suatu konsep secara ilmiah (scientific inquiry).

4. Menghargai ilmu dan keterampilan yang dimiliki (Zaenuddin (2001:  16).

Prinsip Pembelajaran Praktik

Pendidikan kejuruan merupakan  pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bekal  peserta didik untuk siap memasuki dunia kerja. Charles M. Reigeluth, Alison A. Carr Chellman (2009: 43-44) menjelaskan pembelajaran praktik memiliki beberapa prinsip penting yang dapat dijadikan pegangan  dalam melaksanakan kegiatan pembelajaranpraktik di bengkel atau praktik di laboratorium.  Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

a. Prinsip demonstrasi, belajar akan terjadi saat peserta didik mengamati sebuah  peragaan atau demonstrasi.

b. Prinsip aplikasi, belajar akan terjadi saat peserta didik menggunakan pengetahuan yang baru diperoleh.

c. Prinsip berpusat pada tugas, belajar akan terjadi saat peserta didik melaksanakan tugas  dalam strategi pembelajaran.

d. Prinsip aktifasi, belajar akan terjadi saat peserta didik secara aktif membangun  pengetahuan dan pengalaman.

e. Prinsip integrasi, belajar akan terjadi saat peserta didik mengintegrasikan pengetahuan  yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Pembelajaran Praktik

Keterampilan adalah integrasi dari perbuatan yang teratur dengan baik di bawah  kondisi yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan

a. Shop Talk (Penjelasan Singkat di Bengkel)

Shop talk adalah penjelasan singkat kepada peserta didik terhadap hal-hal pokok yang akan dilakukan atau dikerjakan oleh peserta didik pada saat melakukan kegiatan praktik di bengkel atau laboratorium.

b. Demonstrasi

Demonstrasi adalah bagian dari strategi pembelajaran yang berupa kegiatan guru memberikan penjelasan dan contoh konkrit dalam mengerjakan tugas-tugas praktik berdasarkan langkah-langkah yang tertulis di dalam  job sheet.

c. Organisasi Peserta Didik pada Pelaksanaan Praktik

Kegiatan praktik di bengkel maupun di laboratorium  dilakukan dalam bentuk perseorangan atau individual dan dalam bentuk kelompok atau tim.


 

      Gambar Diagram Pembagian Tugas pada Kegiatan Praktik Peserta Didik

  (Sumber: Storm, George. (1995). Managing the occupational educational Laboratory. P.148)


 

               Gambar Diagram Pembagian Kerja pada Kegiatan Praktik Peserta Didik

  (Sumber: Storm, George. (1995). Managing the occupational educational Laboratory. P.150)

d. Keselamatan Kerja (Safety)

Aktivitas utama peserta didik di ruang praktik atau bengkel adalah melakukan kerja praktik yang berhubungan dengan mesin, alat dan peralatan, bahan praktik, dan praktikan atau peserta didik itu sendiri.

e. Job Sheet (Lembar Kerja)

Job sheet adalah lembar kerja yang berisi urutan instruksi tertulis langkah-langkah pengerjaan tugas untuk menyelesaikan pekerjaan. Selain berisi instruksi-instruksi  yang berisikan langkah-langkah pokok untuk penyelesaian seluruh pekerjaan, job sheet juga memuat informasi tentang alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengerjaan tugas praktik tersebut.

Tahapan Pembelajaran Praktik

Telah dibahas didepan bahwa pembelajaran praktikum memerlukan tahapan-tahapan  pendahuluan, penyajian, dan penutup. Dimulai dari persiapan, presentasi dalam hal ini di  awal dengan penjelasan (shop talk) singkat dilanjutkan dengan demontrasi guru, aplikasi  dalam hal ini peserta didik mencoba melakukan praktik dibawah bimbingan dan pengawasan guru, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik, dan diakhiri dengan penutup dimana guru memberikan simpulan akhir terhadap pelaksanaan praktik dan melakukan evaluasi pencapaian kompetensi


 

            Gambar  Tahapan Pembelajaran Praktik (Sumber: Leighbody, 1968: 22-25)

 

Langkah-langkah Pembelajaran Praktik

Agar  pembelajaran praktik dapat efektif  membentuk keterampilan pada peserta didik  perlu dilakukan langkah-langkah efektif dalam mengajarkan keterampilan (skill) untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut menurut De Cecco dalam Reece & Walker (1997: 89) adalah sebagai berikut.

a. Langkah pertama menganalisis skill. Pada langkah perlu direncanakan gerakan-gerakan apa yang diperlukan, posisi badan pada saat melakukan gerakan keterampilan, dan urutan kegiatan pada waktu melaksanakan kegiatan praktik.

b. Langkah kedua menilai perilaku peserta didik. Pada langkah ini ditentukan apa saja yang disiapkan untuk mencapai kemampuan peserta didik.

c. Langkah ketiga mendiskripsikan dan mendemonstrasikan keterampilan.

d. Langkah keempat menyediakan kesempatan untuk untuk terjadinya tiga kondisi belajar,  yaitu adanya hubungan baik antara peserta didik dengan guru maupun dengan peserta didik yang lain, latihan atau praktik, dan pemberian umpan balik.

Skenario Pembelajaran Praktik

Tabel Urutan Pembelajaran dan Kegiatan pada Pembelajaran Praktik


 

Persyaratan Pembelajaran Praktik

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran praktik adalah sebagai berikut.

a. Tersedia silabus sesuai dengan mata kuliah atau matapelajaran yang diajarkan.

b. Tersedia rencana pembelajaran praktik yang sudah direncanakan dengan baik dan Lembar kerja peserta didik terarah.

c. Tersedia lembar kerja (job sheet) sesuai dengan urutan kompetensi yang ada pada silabus.

d. Tersedia pedoman penilaian baik untuk produk maupun proses.

e. Tersedia fasilitas praktik yang layak dan mencukupi.

f. Tersedia bahan praktik sesuai dengan tuntutan kompetensi yang akan dibentuk.

g. Tersedia media, model sebagai perangkat demonstrasi guru.

Semua persyaratan tersebut harus ada dan digunakan oleh guru selama proses pembelajaran praktik.

Tugas dan Kewajiban Guru

Tugas dan kewajiban guru dalam proses pembelajaran praktik adalah:

a. Hadir lebih awal, 10 menit sebelum pembelajaran praktik dimulai, dan mengakhiri  pembelajaran tepat waktu.

b. Memakai pakaian kerja dan alat keselamatan kerja.

c. Membawa perangkat pembelajaran yang akan digunakan seperti presensi, alat tulis,  model atau media yang akan dipakai untuk demonstrasi.

d. Melakukan presensi kepada peserta didik sebelum praktik dimulai.

e. Mendemonstrasikan prosedur kerja yang baik dan jelas kepada peserta didik.

f. Melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan secara terus menerus  kepada peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.

g. Memberlakukan kedisiplinan bagi peserta didik.

h. Mengecek kondisi, kesiapan dan kelengkapan fasilitas praktik sebelum maupun sesudah pembelajaran praktik.

i. Bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan dan keteraturan fasilitas praktik.

j. Mengakhiri kegiatan praktik dengan berdoa.

Tugas dan Peran Teknisi

Tugas dan peran teknisi dalam pembelajaran praktik adalah sebagai berikut.

a. Hadir 15 menit sebelum praktik dimulai dan pulang 20 menit setelah semua kegiatan  praktik selesai.

b. Melayani keperluan mengajar guru/instruktur.

c. Melayani distribusi bahan praktik.

d. Menyiapkan peralatan praktik dan alat bantu praktik atau yang sejenisnya untuk  peserta didik.

e. Memeriksa kondisi mesin/alat yang akan digunakan.

f. Melayani keluar/masuknya peralatan praktik.

g. Melakukan monitoring pada waktu proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap keberfungsian mesin, alat dan peralatan praktik, dan bahan-bahan praktik.

h. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan mesin dan peralatan praktik.

i. Bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan bengkel tempat kegiatan praktik  berlangsung.

Tugas dan Peran Peserta didik

Tugas peserta didik dalam proses pembelajaran praktik adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik wajib datang (5 menit) sebelum praktik dimulai.

b. Peserta didik wajib memakai pakaian kerja dan alat keselamatan kerja yang  ditentukan.

c. Peserta didik wajib mentaati aturan yang berlaku di ruang praktik selama  pembelajaran praktik berlangsung.

d. Peserta didik wajib bertanggung jawab terhadap keutuhan dan keselamatan fasilitas  praktik yang digunakan.

e. Peserta didik bertanggung jawab terhadap kebersihan fasilitas praktik yang telah  digunakan.

f. Peserta didik bertanggung jawab terhadap kebersihan bengkel tempat praktik  berlangsung.

Penilaian

Prinsip penilaian yang dilakukan pada pembelajaran praktik bengkel mengacu pada aspek proses dan produksi.

a. Aspek proses penekanannya pada aspek sikap afektif peserta didik yang meliputi  aspek sikap kerja, prosedur kerja, baik waktu pengerjaan dan kepekaan terhadap keselamatan kerja maupun perawatan.

b. Aspek produksi ditekankan pada hasil kerja peserta didik yang berupa produk hasil praktik, yang meliputi ketepatan ukuran, bentuk dan performa yang dituangkan dalam rubrik penilaian.

c. Kriteria kelulusan ditentukan oleh capaian nilai yang memenuhi standart minimum yang telah ditentukan.


6.      Pembelajaran Praktik Laboratorium

Pembelajaran praktikum berfungsi meningkatkan pemahaman tentang suatu teori, konsep dengan melakukan percobaan (eksperimen) di laboratorium.

1. Persyaratan Praktik Laboratorium

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran praktikum laboratorium adalah sebagai berikut.

a. Tersedia silabus praktikum.

b. Tersedia Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum.

c. Tersedia lembar praktikum (lab sheet) untuk tiap mata praktikum.

d. Tersedia pedoman penilaian praktikum.

e. Tersedia fasilitas praktikum yang layak, memadahi dan siap digunakan.

f. Tersedia bahan praktikum sesuai kebutuhan tiap mata praktikum.

g. Tersedia media, model sebagai perangkat demonstrasi guru.

2. Tugas dan Peran Guru

a. Memfasilitasi dan mendampingi peserta didik selama kegiatan praktikum

berlangsung.

b. Menjelaskan teori dasar dan pelaksanaan praktikum.

c. Mengoreksi rancangan praktikum peserta didik.

d. Membimbing pelaksanaan praktikum peserta didik.

e. Menguji hasil praktikum.

f. Menilai laporan dan pelaksanaan praktikum peserta didik.

g. Melayani remidial praktikum bagai peserta didik yang belum berhasil.

h. Memulai dan mengakhiri praktik dengan berdoa.

3. Tugas dan Peran Laboran

Tugas dan peran laboran adalah sebagai berikut.

a. Melayani keperluan mengajar guru.

b. Melayani distribusi bahan praktikum.

c. Menyiapkan peralatan praktikum yang akan digunakan.

d. Memeriksa kondisi fasilitas praktikum yang akan digunakan.

e. Melayani keluar/masuk peralatan praktikum.

f. Menyiapkan alat-alat bantu praktikum atau yang sejenisnya untuk peserta  didik.

g. Melakukan monitoring pada waktu proses pembelajaran praktikum berlangsung terhadap keberfungsian alat dan peralatan praktikum, dan bahanbahan praktikum.

h. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan peralatan praktikum.

i. Bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan dimana kegiatan  praktikum berlangsung.

4. Tugas dan Peran Peserta didik

Tugas dan peserta didik adalah sebagai berikut. 

a. Menyusun dasar teori praktikum.

b. Menyusun rancangan praktikum.

c. Melaksanakan praktikum.

d. Mengikuti petunjuk keselamatan praktikum.

e. Merawat peralatan praktikum.

f. Membersihkan ruang dan merapikan kembali peralatan praktikum.

g. Menyusun laporan praktikum.

5. Skenario Pembelajaran Praktikum Laboratorium

Skenario pembelajaran  praktikum laboratorium berbeda dengan pembelajaran teori, berikut ini disajikan garis besar skenario pembelajaran praktikum laboraorium sebagaimana pada tabel berikut.


 

 Berikut ini disajikan contoh Job Sheet Teknologi Motor Bensin, untuk materi praktik Kepala


Silinder Motor Bensin.

 

 

 


 


7.      PENILIAN HASIL BELAJAR


A.    Penilaian Berbasis Kompetensi

Penilaian adalah bagian dari cara untuk membuat orang belajar, sehingga penilaian  harus mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik dan bagi guru agar ia mengajar yang lebih baik (Djemari Mardapi, 2007: 6). Penilaian dan pembelajaran adalah proses yang saling mempengaruhi. Hasil penilaian dapat mengungkapkan keberhasilan proses pembelajaran, artinya proses pembelajaran akan menentukan keberhasilan penilaian. Sistem penilaian harus dapat mendorong pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih baik.

Pembagian peringkat dalam kawasan kognitif tersebut dapat dijelaskan pengertiannya

sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) ialah mengingat kembali bagian informasi khusus ke umum, serta informasi tentang metode-metode, proses-proses, contoh-contoh. Contoh rumusan hasil belajar pada kawasan atau ranah pengetahuan adalah: peserta didik  dapat mengingat kembali apa yang disebut dengan karburator tipe arus datar, pokpa  distributor, pompa bahan bakar, dan sebagainya.

2. Komprehensi (comprehension) atau pemahaman, ialah pengenalan bagian-bagian  informasi untuk membangun ikatan informasi dengan pengertian yang lengkap. Contoh rumusan hasil belajar: peserta didik mampu menerangkan fungsi suatu alat dan mesin apabila disediakan komponen dan alat, dapat menarik kesimpulan dari beberapa pengertian yang telah diajarkan. Peserta didik dapat bagaimana cara menyetel karburator dengan baik setelah mengetahui fungsi baut idle, pelampung, dan lubang saluran utama.

3. Aplikasi (apllication) ialah menerapkan prinsip informasi atau pengetahuan terapan dalam situasi lain (situasi yang berbeda). Contoh rumusan hasil belajar: peserta didik dapat menentukan kebutuhan kapasitas kondensator pada motor bensin empat silinder, berdasarkan teori listrik agar sistem penyalaan motor tersebut dapat berjalan dengan normal.

4. Analisis (analysis) ialah memecah atau membagi unit informasi kedalam elemenelemen yang lebih kecil, dengan maksud untuk lebih memperjelas maknanya. Contoh rumusan hasil belajar: peserta didik dapat mencari kemungkinan-kemungkinan penyebab turunnya tenaga mesin dan penyebab borosnya pemakaian bahan bakar pada kendaraan.

5. Evaluasi (evaluation) ialah membuat pertimbangan dan keputusan tentang nilai  informasi, bahan-bahan atau metode-metode. Contoh rumusan hasil belajar: peserta  didik dapat memberikan penilaian apakah tepat apabila kendaraan roda dua menggunakan karburator jenis arus turun.

6. Berkreasi (creative) ialah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menemukan, memperbaiki, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah. Contoh rumusan hasil belajar: peserta didik dapat merancang kebutuhan alat dan bahan untuk membuat media pembelajaran model -motor empat langkah”. Pembagian peringkat kawasan afektif tersebut dapat dijelaskan pengertiannya sebagai berikut.

1. Penerimaan, ialah kesanggupan untuk menerima sesuatu pendapat, pandangan. Contoh aplikasinya dalam kegiatan praktik: peserta didik sanggup untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan selama kegiatan praktik berlangsung. 

2. Tanggapan, balasan, ialah kesediaan untuk menanggapi, membalas, menjawab. Contoh aplikasinya dalam kegiatan praktik: peserta didik melaksanakan semua kegiatan praktik yang menjadi tanggungjawabnya sampai kegiatan praktik dinyatakan berakhir.

3. Nilai-nilai, ialah penerimaan suatu nilai-nilai, pemilihan suatu nilai-nilai. Contoh aplikasinya dalam kegiatan praktik: peserta didik melaksanakan kegiatan praktik dengan mentaati setiap peraturan yang dianjurkan oleh instruktur, misalnya hadir tepat waktu, menggunakan pakaian kerja, mentaati peraturan keselamatan kerja, membersihkan alat setelah selesai praktik.

4.Organisasi, berhubungan dengan konsepsualisasi suatu nilai, organisasi sistem nilai, merumuskan nilai-nilai. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik telah dapat mengorganisasi sendiri dalam melaksanakan kegiatan praktik, misalnya  membentuk kelompok kecil beserta penanggungjawabnya, pembagian tugas  kelompok untuk mempersiapkan bahan dan alat praktik dalam rangka memperlancar kegiatan praktik untuk kepentingan bersama.

5. Pemeranan watak, miasalnya karakterisasi, kesetiakawanan, menghindari konflik. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik dapat bekerja sama dengan baik antarsesama peserta didik sebagai praktikan sehingga pelaksanaan praktik dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Sementara itu, hasil belajar pada kawasan psikomotor menurut R.H. Dave (1967)  dibedakan menjadi lima peringkat dari peringkat yang paling sederhana sampai peringkat yang paling kompleks. Kelima peringkat tersebut adalah: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Masing-masing peringkat dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Imitasi (imitation),  ialah melakukan kegiatan-kegiatan yang pernah dilihat atau diperhatikan sebelumnya, dan kegiatan tersebut sifatnya masih amat sederhana. Imitasi ini sifatnya faktual, artinya persis sama dengan apa yang dilihat ataudiperhatikan sebelumhya. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik dapat  menggunakan mikrometer untuk mengukur diameter piston, mengukur diameter  lubang silinder. Peserta didik dapat melakukan semua itu karena telah pernah melihat atau memperhatikan peristiwa serupa sebelumnya.

2. Manipulasi (manipulation),  ialah melakukan kegiatan-kegitan tertentu, meskipun kegiatan tersebut belum pernah dilihatnya, jadi hanya berdasarkan petunjuk atau perintah. Manipulasi ini sifatnya bukan faktual lagi meskipun kegiatannya masih sederhana. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: dengan petunjuk instruktor, peserta didik dapat memasang  distributor pada dudukannya dan tidak menimbulkan kesalahan pembakaran pada sistem pengapiannya. Peserta didik dapat mengerjakan itu semua atas petunjuk instruktor.

3. Presisi (precision), ialah melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya presisi, mengandung unsur ketelitian, ketepatan dan keseimbangan, sekalipun jenis kegiatannya belum utuh. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik dapat mengukur batang katup yang diameternya 57/64 inchi menggunakan Vernier Caliper yang ketelitiannya 1/128 inchi. Kegiatan ini bersifat presisi karena mengandung unsur ketelitian, ketepatan, dan keseimbangan.

4. Artikulasi (articulation), ialah melakukan project work atau kegiatan yang utuh komponen komponennya memerlukan kegiatan yang sifatnya presisi. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik dapat menyetel saat pengapian dengan tepat,  dimana penyetelan saat pengapian mengandung tiga kegiatan sekaligus dan harus  saling seimbang. Misalnya menyetel sudut nok 230 sebelum titik mati atas, menyetel sudut dwell 540 , dan menyetel celah platina antara 0,5 – 1,0 mm.

5. Naturalisasi (naturalization), ialah mampu mengubah kegiatan-kegiatan yang melibatkan kekuatan fisik dan pikiran menjadi kegiatan yang melibatkan kekuatan fisik semata, karena sudah adanya rutinitas kerja yang telah terbina. Hal ini akan menyebabkan efektivitas kerja semakin meningkat. Contoh aplikasi dalam kegiatan praktik: peserta didik dapat menggunakan filer gauge untuk menyetel celah katup dengan tanpa berfikir panjang mereka dapat menyetel dengan ukuran celah katup sesuai dengan spesifikasinya baik pada katup isap maupun katup buang. Hal ini dapat dilakukan karena telah terbina rutinitas kerja yang efektif.



                    Tabel Perbedaan antara Traditional Assessment dan Standard-Based Assessment

 

B. Karakeristik Penilaian Berbasis Kompetensi

1. Belajar Tuntas

Hasil belajar pada kompetensi yang termasuk ketegori pengetahuan dan ketrampilan, peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yangt benar dan hasilnya baik.

2. Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.

3. Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil terus  menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah smester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

4. Berdasarkan Acuan Kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.

5. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

C. Strategi Penilaian Hasil Pembelajaran

 Mengacu pada Lampiran permendikbud 81A Tahun 2013,  strategi penilaian hasil  belajar dapat dilakukan dengan metode dan teknik penilaian sebagai berikut.

1. Metode Penilaian

Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan metode tes dan nontes.

a. Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia, misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan.

b. Tes kinerja, dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku terbatas dan perilaku meluas.

2. Teknik dan Instrumen Penilaian

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan

dengan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar

a. Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

b. Penilaian Sikap, Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan  kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek.

c. Teknik Penilaian Sikap  Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi

d. Tes Tertulis

1) Pengertian

Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya.

2) Teknik Tes Tertulis

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

a) soal dengan memilih jawaban, meliputi: pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan,

b) soal dengan mensuplai jawaban, meliputi: isian atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.

e. Penilaian Proyek

1) Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

2) Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.

f. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.

g. Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya  dilakukan pada tahan appraisal.

2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap  semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

h. Penilaian Portofolio

Penelaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada  kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.

i. Teknik Penilaian Portofolio

Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.

2) Menentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bias berbeda.

3) Mengumpulkan dan menyimpan karya-karya pesera didik dalam satu map atau  folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.

4) Memberikan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan  peserta didik sehinga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

5) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para  peserta didik. Mendiskusikan cara penilaian kualitas karya peserta didik.

6) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat  membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun perlu adanya kesepakatan jangka waktu perbaikannya, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kembali kepada guru.

j. Penilaian Diri

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.

k. Teknik Penilaian Diri

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.

D. Penilaian Hasil Belajar Praktik 

Bloom (1979: 7) membedakan aspek hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan keterampilan intelektual, sedangkan kawasan afektif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui minat, perhatian,  sikap, serta nilai-nilai. Pada kawasan psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang   pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kemampuan fisik.

REFERENSI

Chrome extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://staffnew.uny.ac.id/upload/130681037/pendidikan/Buku%20Metodologi%20Pembelajaran%20Kejuruan%20Sampul.pdf

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran sastra berbasis kompetensi. Yogyakarta: BPFe.

(http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-langkah-langkahumum.html,)

(http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/pembelajaran-berbasis-proyek-1.html,)

Thomas Gordon. (1997). Teacher Effectiveness Training, terjemahanAditya KumaraDewi.

Jakarta: GremediaPustakaUtama.

Thompson, J.F. (1973). Foudation of  Vocational Education. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Wagner, T. (2008). The global achievement gap. New York: Basic Books.

Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta:

PT. Jayakarta Agung Offset.

Workkeys. (2003). Workkeys and Dacum: Working Together. Iowa:

WWW.Act.Org/Workkeys and WWW.Cnm.Edu-Workkeys_Dacum.Pdf.

Wonacott, M. E.  (2002). The  Impact of Work-Based  Learning on Student. ERIC Digest, 242

(EDO-CE-02-242) ERIC Clearinghouse on Adult, Career, and Vocational Education. 

Work-based learning guide.(2002). Diakses pada tanggal 9 April 2014, dari

:http://www.iowaworkforce.org/files/wlg02.pdf

Uno, H.B. (2012). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Zaenuddin, M. (2001). Praktikum. Jakarta: Universitas Terbuka.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOPLING SEPEDA MOTOR

Implementasi Bimbingan Karir di SMK Peran dan Strategi dalam Mempersiapkan Siswa untuk Masa Depan