Portofolio ke-4 Teori dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Dosen pengampu : Prof. Dr. Muchlas, M.T
Portofolio ke-4
Penyusun : M. Khoirul Ma'arif ( 2308049035 )
Materi Pokok :
- Topik mata kuliah: Landasan Filosofis PTK
Teori
dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Landasan
Teoritis dan Filosofis Pembelajaran PTK
Hakekat
Belajar dan Pembelajaran
Kondisi
Belajar, Pembelajaran dan Proses Belajar
Filosofi Pendidikan Kontemporer, Suatu model pembelajaran, secara hirarkis merupakan derivat dari kurikulum yang disusun berlandasakan hasil-hasil pembaharuan (reform) terkini dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, pembahasan landasan filosofi dari model pembelajaran PTK ini, akan lebih bermakna jika diawali dengan pembahasan tentang filosofi pendidikan yang mendasari penyusunan kurikulum.
Filosofi Pendidikan
Kontemporer
Filosofi pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam suatu pengembangan kurikulum.
Filosofi pendidikan bagi perancang kurikulum merefleksikan pengalaman hidup,
pikiran, latar belakang sosial dan ekonomi, pendidikan dan pandangannya tentang
manusia. Salah satu fungsi dari filosofi pendidikan sebagai basis dari langkah
awal pengembangan kurikulum. Pandangan
filosofi yang dianut oleh perancang kurikulum sangat mempengaruhi orientasi dan
karakter dari kurikulum yang dibangunnya.
Mainstream Filosofi Pendidikan
Filosofi Pendidikan
Perennialism
Perennialism menggunakan basis filosofi realism dengan
tujuan mendidik orang agar dapat berpikir rasional dan dapat mengolah
intelektualitasnya. Menurut filosofi ini, pengetahuan merupakan faktafakta yang
bersifat permanen/abadi, dan berpusat pada studi masa lalu. Filosofi ini
memandang bahwa guru harus:(1) membantu siswa berpikir rasional; (2)
berinteraksi menggunakan metode Sokrates dan oral; serta (3) memberikan
pengajaran secara eksplisit untuk nilainilai tradisional. Kurikulum yang dihasilkan dengan landasan ini
memiliki orientasi klasikal, analisis teks, dan konstan.
Filosofi Pendidikan
Essentialism (1)
Essentialism menggunakan basis filosofi idealism dan
realism serta bertujuan mendorong pertumbuhan intelektual ke arah tercapainya
kompetensi seseorang. Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang
disampaikan berupa keterampilan pokok dan halhal yang bersifat akademik, serta
menekankan pada penguasaan konsep dan prinsip dari materi yang dipelajari.
Filosofi Pendidikan Essentialism
(2)
Dalam aturan mengajar, filosofi ini berpandangan bahwa
guru adalah pemegang otoritas dalam bidangnya dan pengajaran nilai-nilai
tradisional dilakukan secara eksplisit. Kurikulum yang dihasilkan melalui
landasan filosofi ini berorientasi pada pembentukan keterampilan dan pencapaian
terhadap pelajaran pokok (bahasa, aritmetika, sains, dan sejarah).
Filosofi Pendidikan
Progressivism (1)
Progressivism merupakan filosofi dengan dasar pragmatism,
yang memiliki tujuan mendorong kehidupan sosial yang demokratis. Filosofi ini
berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh: (1) digunakan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan siswa; (2) merupakan keterampilan proses belajar
hidup; dan (3) merupakan hasil dari
proses belajar aktif.
Filosofi Pendidikan
Progressivism (2)
Dalam filosofi ini, guru merupakan pemandu dalam
penyelesaian masalah dan proses penyelidikan (inkuiri) ilmiah. Kurikulum yang
dihasilkan melalui dasar ini, berfokus pada minat siswa, melibatkan urusan dan
masalah-masalah manusia, melibatkan pelajaranpelajaran pokok yang bersifat
interdisipliner dan menggunakan proyek sebagai bentuk aktivitas belajar.
Filosofi Pendidikan
Reconstructionism (1)
Reconstructionism adalah filosofi pendidikan dengan dasar
pragmatism yang bertujuan memperbaiki dan merekonstruksi masyarakat untuk perubahan
dan pembaharuan sosial.Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang diperoleh
merupakan keterampilan-keterampilan dan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengenal
dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat.
Filosofi Pendidikan
Reconstructionism (2)
Filosofi ini juga berpandangan bahwa belajar adalah
proses aktif yang peduli terhadap masyarakat
terkini dan masa depan. Dalam pengajaran, paham ini berpandangan bahwa guru
adalah agen perubahan dan pembaharuan, bertindak sebagai pengarah dalam
proyek-proyek siswa dan sekaligus sebagai leader dalam kegiatan penelitian
bersama, membantu siswa membangkitkan kepedulian terhadap problem-problem yang
dihadapi manusia. Kurikulum yang dihasilkan melalui landasan ini menekankan
pada ilmu sosial dan metode penelitian sosial; penilaian masalah-masalah
sosial, ekonomi, dan politik; berpusat pada trend sekarang dan masa depan;
serta masalah-masalah rasional dan internasional.
Pengajajaran
Kontemporer (1)
Penggunaan filosofi pendidikan kontemporer sebagai
landasan pengembangan kurikulum modern akan menuntut perlunya pengembangan
model-model pengajaran kontemporer.Joyce, Weil & Calhoun (2008: 25) membagi
modelmodel pengajaran kontemporer ke dalam empat kategori yakni pemrosesan
informasi, sosial, personal, dan sistem perilaku.
Pengajajaran
Kontemporer (2)
Model-model
pengajaran dalam kategori pemrosesan informasi meliputi: berpikir induktif
(inductive thinking), pencapaian konsep (concept attainment), the picture-word
inductive model atau PWIM, inkuiri ilmiah (scientific inquiry), pelatihan
inkuiri (inquiry training), mnemonics, synectics dan advance organizers. Untuk
kategori sosial, model-model pengajaran yang terkandung di dalamnya meliputi:
(1) pasangan dalam belajar (partner in learning) yang
terdiri atas ketergantungan positif (positive interdependence) dan inkuiri
terstruktur;
(2) investigasi kelompok;
(3) bermain peran; dan
(4) inkuiri yurisprudensi.
Pengajajaran
Kontemporer (3)
Model-model pengajaran yang termasuk dalam kategori
personal terdiri atas:
(1) pengajaran tidak langsung (nondirective teaching),
dan
(2) peningkatan harga diri (enhancing self-esteem).
Sedangkan model-model pengajaran dalam kategori sistem
perilaku terdiri atas: mastery learning, direct instruction, simulation, social
learning dan programmed schedule. Landasan Filosofi Pendidikan Vokasi 16-Dalil ProsserCharles
Prosser hidup antara 1871 sampai dengan 1952. Menurut pandangan Prosser, ilmu
pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari satu bidang pembelajaran ke bidang
pembelajaran yang lain, dan pembelajaran akan efektif jika dilaksanakan secara
permasalahannya. khusus Prosser dan langsung membedakan pada pendidikan
menengah umum dengan pendidikan menengah kejuruan. Prosser memperkenalkan
sekolah untuk bekerja, dimana siswa dibawa untuk mempelajari latihan dan proyek
seperti kondisi kerja yang nyata di industri. Prosser terkenal dengan 16 teori
dalam pendidikan kejuruannya.
16 Dalil Prosser :
Dalil 1: Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan
dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Dalil 2: Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat
diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang
sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
Dalil 3: Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat
melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan itu sendiri.
Dalil 4:
Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat menjadikan setiap individu
mampu mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat
yang paling tinggi.
Dalil 5: Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap
profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
Dalil 6: Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman
latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar
diulangulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
Dali 7: Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya
telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
Dalil 8: Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang
harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan
tersebut.
9: Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan
pasar.
10: Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa
akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman
sarat nilai).
Dalil 11: Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui
isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli
okupasi tersebut.
Dalil 12: Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body
of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
13: Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial
yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
Dalil 14: Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode
pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
15: Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika
luwes.
Dalil 16: Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu
dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan
beroperasi.
Teori Belajar
BEHAVIORISME: Practice, Reinforcement, Punishment, Active Learning,
Shaping, Modeling. • KOGNITIVISME:
Discovery learning, Learner Centered, Meaningfullness, Prior Knowledge, Active
Learning.
KONSTRUKTIVISME: Scaffolding, Zone of Proximal Development, Learning in
Social Context.
Teori Belajar
Behaviorisme
Prinsip: Stimulus
– Respon Perubahan Perilaku disebabkan Rangsangan Eksternal Pasif menunggu
Ransangan Eksternal Peserta didik à
Kertas putih, Tabula Rasa: Penguatan positif atau negatif Belajar itu à
Perubahan Perilaku teramati, terukur, konkret”Children Learn from What They
Live With”. Dorothy Low Nolte. Jika anak Anda banyak dicela maka, Ia akan terbiasa menyalahkan orang lain..Jika
anak Anda banyak dimusuhi maka, Ia akan
terbiasa menentang dan mendendam. Jika anak Anda banyak ditakut-takuti
maka, Ia akan selalu merasa cemas dan
gelisah. Jika anak Anda banyak dikasihani maka,
Ia akan terbiasa meratapi nasibnya.”Children Learn from What They Live
With”. Dorothy Low Nolte. Jika anak Anda selalu di olok-olok maka, Ia akan menjadi rendah diri dan pemalu. Jika
anak Anda selalu dilingkupi oleh rasa iri maka, Ia akan terbiasa merasa
bersalah. Jika anak Anda selalu dibohongi maka, Ia akan terbiasa hidup dalam kepalsuan. Jika
anak Anda terlalu banyak ditolong maka,
Ia akan terbiasa hidup tergantung pada orang lain.”Children Learn from
What They Live With”. Dorothy Low Nolte. (3) Akan tetapi ........... Jika anak Anda banyak diberi pengertian
maka, Ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak Anda banyak diberi dorongan maka,
Ia akan terbiasa untuk percaya diri.Jika anak Anda banyak dipuji
maka, Ia akan terbiasa untuk menghargai
orang lain.Jika anak Anda selalu diterima oleh lingkungannya maka, Ia akan
terbiasa menyayangi dan mengasihi.Jika anak Anda tidak banyak dipersalahkan
maka, Ia akan bangga menjadi dirinya sendiri.Jika anak Anda banyak mendapatkan
pengakuan maka, Ia akan dengan pasti menetapkan tujuan hidupnya.”Children Learn
from What They Live With”. Dorothy Low Nolte. (4)Jika anak Anda diperlakukan
dengan jujur maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat benar. Jika anak Anda diasuh
dengan tidak berat sebelah maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat adil. Jika anak
Anda mengenyam rasa aman dirumah maka, Ia akan terbiasa untuk mempercayai orang
disekitarnya. Jika anak Anda banyak diberi kesempatan maka, Ia akan menjadi
anak yang berani berekspresi dan kreatif. Jika anak Anda banyak diberi
kepercayaan maka, Ia akan menjadi anak yang mandiri. Jika anak banyak mendapatkan cinta kasih maka,
Ia akan menjadi orang yang peduli dan penuh empati.Pandangan
Teori Belajar
Behaviorisme
John Locke: anak lahir tidak memiliki warna Mental;
Pengalaman à perilaku, pengetahuan,
kepribadian, temperamen. Edward Lee Thorndike: Belajar peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi stimulus-respon. Teori Connectionism: eksperimen Trial-Error:
Ciri àAktivitas, respons berbagai situasi, eliminasi respons salah, kemajuan
reaksi pencapaian tujuanPandangan Teori Belajar Behaviorisme
Edward Lee Thorndike: Hukum Kesiapan (law of Readiness);
Hukum Latihan: kemampuan fungsi berlatih; Hukum Akibat: menyenangkan
àmemperkuat; tidak menyenangkan à memperlemahPandangan
Teori Belajar
Behaviorisme
Ivan Petrovich Pavlov: Teori Pelaziman Klasik: Individu
dapat dikendalikan dengan cara mengganti Stimulus Alami dengan Stimulus yang
tepat dan sesuai dengan harapan respon yang diinginkan.Ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk membangun reaksi dari Stimulus.
Pandangan Teori
Belajar Behaviorisme
Skinner: hadiah dan hukuman merupakan faktor penting
dalam belajar. Operant conditioning: proses penguatan perilaku àpengulangan
atau menghilang Prinsip: Hasil segera diberitahukan kepada siswa, salah dibetulkan,
benar diberi penguat; Proses mengikuti irama siswa; mementngkan aktivitas
sendiri; Hadiah untuk anak berprestasi.
Pandangan Teori
Belajar Behaviorisme
Bandura: Konsep Belajar sosial (Social Learning):
Pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, emosi orang lain; Interaksi tingkah laku timbal balik perilaku kognitif
dengan lingkungannya. Perhatian, pengingatan, produksi motorik, motivasi.
Teori Belajar
Kognitivisme
KOTAK HITAM pikiran harus dibuka dan dipahami. Peserta
didik à Prosesor informasi Pemrosesan
Informasi: Masukan à Proses à HasilTeori Belajar Kognitivisme (MERRILL:
Component Display Theory (CDT); Reigeluth: Teori Elaborasi; Gagne, Briggs,
Bruner: Teori konstruktivisme Kognitif; Schank: teori Skrip; Scandura: Teori
Structural Learning. Teori Belajar Kognitivisme Information Processing Theory
(Jerome Bruner): Belajar àproses sosial yang aktif Siswa membangun ide-ide atau konsep baru
berdasarkan pengetahuan yang didapat. Siswa memilih informasi, membuat
hipotesis, keputusan berdasarkan pengalaman dalam mentalnya.Teori Belajar
Kognitivisme Information Processing Theory (Jerome Bruner): Organisasi struktur kognitif, skema dan model
mental, makna terorganisir, penyerapan pengalaman. Jika Organisasi dan
fasilitasi belajar itu tepat seseorang diusia berapapun bisa Belajar.
Teori Belajar
Kognitivisme
Information Processing Theory (Jerome Bruner):Tiga cara
manusia menafsir dunia:
(1) enactive
(action-based);
(2) Ikon (image-based);
(3) Simbolis (linguage-based).
Teori Belajar
Kognitivisme
Component Display
Theory (Merrill): Pembelajaran à Seri tampilan (Display) dari
komponen-komponen pembelajaran yang berdiri sendiri. Strategi pembelajaran à
susunan atau urutan komponen-komponen beajar untuk mencapai hasil belajar
tertentu.
Teori Belajar
Kognitivisme
Elaboration Theory (Reigeluth): Kontent pemelajaran harus
diorganisasikan secara tertib dari yang sederhana sampai ke yang kompleks.Perlu
pengintegrasian konteks
Teori Belajar
Kognitivisme
Elaboration Theory (Reigeluth):
1. Urutan pembelajaran dibuat se holistik mungkin untuk
memunpuk makna dan motivasi.
2. siswa dapat membuat urutan keputusaan dan ruang-ruang
dirinya sendiri selama belajar.
3. mempercepat perkembangan proses belajar siswa.
Disain koheren
Teori Belajar
Kognitivisme
Elaboration Theory (Reigeluth): Digunakan jika banyak konsep
terkait hars dipelajari. Ada banyak prinsip yang harus dipelajari Tugas yang
dipelajari kompleks
Teori Belajar Kognitivisme
Elaboration Theory (Reigeluth): REKOMENADASI: Konsep,
Prinsip, Tugas sederhana harus diajarkan terlebih dahulu baru selanjutnya
mengarah ke yang lebih inklusif, rnci, dan rumit.
Teori Belajar
Kognitivisme
Elaboration Theory
(Reigeluth): Mengajarkan prinsip, prosedur, informasi, ketrampilan berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran dibuat berurutan dari sederhana ke kompleks Urutan
sesuai kebutuhan siswa, Sederhanakan konsep-konsep yang komplek.
Teori Belajar
Kognitivisme
Learning by Doing Theory (Roger Schank): Inovasi mandiri
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Membutuhkan tenaga dan pengelolaan
yang berujung pada biaya. Cenderung
tidak efisien Tepat untuk pembelajaran ketrampilan
Teori Belajar
Kognitivisme
Structure Learning Theory (Scandura): Masalah dan struktur yang harus dikelatahui
siswa Masalah sebagai komponen dasar/atom yang harus dipelajari siswa sebagai
ranah kompetensi
Teori Belajar
Kognitivisme
Structure Learning
Theory (Scandura): Masalah dan struktur yang harus diketahui siswa Masalah sebagai komponen dasar/atom yang harus
dipelajari siswa sebagai ranah kompetensi.
Dalam JOURNAL Connectivism as a Digital Age Learning
Theory, Harper G.Johnston M.Duke B. The International HETL Review (2013),George Siemens dan Stephen Downes mengembangkan sebuah teori untuk
era digital, yang disebut konektivisme, yang mencela batas-batas behaviorisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme. Teori pembelajaran yang mereka ajukan telah
menimbulkan perdebatan mengenai apakah teori tersebut merupakan teori
pembelajaran atau teori instruksional atau hanya sebuah pandangan pedagogis.
Meskipun teori yang disampaikan penting dan valid, apakah teori tersebut
merupakan alat untuk digunakan dalam proses pembelajaran untuk instruksi atau
kurikulum daripada teori pembelajaran yang berdiri sendiri? Hal ini telah
memaksa para pendidik untuk melihat apa yang sedang dilakukan dalam pendidikan
digital dan memikirkan kembali, memperdebatkan, dan berfilsafat tentang
bagaimana setiap bagiannya cocok. Mengevaluasi secara terus menerus bagaimana
setiap generasi baru belajar berkaitan dengan instruksi dan kurikulum berfungsi
untuk mempertahankan pendidikan dengan standar yang tinggi. Tentu saja teori
ini layak untuk kita pertimbangkan secara menyeluruh.
Dalam Connectivism, A New Learning Theory? Herlo D. (2017)
Karena terutama dalam dua dekade terakhir teknologi telah mengembangkan
cara-cara baru dalam berkomunikasi, belajar, bahkan hidup, makalah ini, yang
berfokus pada pendekatan teoritis, mengacu pada teori pembelajaran yang relatif
baru, yaitu konektivitas. Teori ini menyatakan bahwa dalam masyarakat berbasis
pengetahuan, menghubungkan orang dengan pengetahuan yang terdistribusi di
lingkungan sosial merupakan suatu keharusan. Tren lingkungan sosial, kehidupan
pendidikan, kebutuhan baru dalam pembelajaran, mempengaruhi para sarjana dari
ilmu pendidikan untuk mencari ekspresi baru tentang apa yang benar-benar
penting saat ini, dalam waktu dekat dan jauh, mengenai evolusi konsep
pembelajaran. Tren lingkungan sosial yang mencakup IT yang mengarah pada
paradigma baru dalam pembelajaran, salah satunya adalah konektivisme. Dalam
tulisan ini saya akan mencoba berbagi dengan Anda beberapa ide tentang
bagaimana konektivitas dapat dikaitkan dengan pendidikan tinggi, di mana kita
mencoba untuk membentuk dan mengembangkan keterampilan siswa (fundamental,
manajemen pribadi dan keterampilan kerja tim), yang dibutuhkan pada era ini
oleh pasar tenaga kerja.
Dalam JOURNAL Connectivism as a digital age learning
theory Duke B.Harper G.Johnston M. The International HETL Review (2010). juga
mengatakan Konektivisme tidak boleh disatukan dengan konstruktivisme. George
Siemens memajukan teori pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan abad ke-21.
Teorinya memperhitungkan tren dalam pembelajaran, penggunaan teknologi dan
jaringan, dan berkurangnya waktu paruh pengetahuan. Teori ini menggabungkan
elemen-elemen yang relevan dari berbagai teori pembelajaran, struktur sosial,
dan teknologi untuk menciptakan konstruksi teoretis yang kuat untuk
pembelajaran di era digital.
REFERNSI
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://elearning.uad.ac.id/pluginfile.php/427371/mod_resource/content/2/pertemuan-4-Strategi-Pembelajaran-PTK.pdf
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://elearning.uad.ac.id/pluginfile.php/427374/mod_resource/content/4/Connectivism_A_New_Learning_Theory.pdf
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://elearning.uad.ac.id/pluginfile.php/427375/mod_resource/content/5/Connectivism.pdf
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://elearning.uad.ac.id/pluginfile.php/427376/mod_resource/content/6/konstruktivisme.pdf
Komentar
Posting Komentar